Banda Aceh – Eksportir udang lobster (Spiny lobsters) di Provinsi Aceh mengaku tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar luar negeri karena pasokan berkurang dari nelayan dalam beberapa pekan terakhir.
“Pasokan lobster dari para nelayan selama ini berkurang karena pengaruh cuaca yang kurang baik dalam beberapa pekan terakhir, akibatnya saya tidak mampu memenuhi permintaan pasar ekspor,” kata eksportir lobster Muslim di Banda Aceh, Jumat (14/10).
Dia menjelaskan, lobster yang dikumpulkan dari nelayan di sejumlah daerah di Aceh seperti Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat dan Simeulue itu ditampung eksportir di Kota Medan dan Jakarta, rata-rata sebanyak satu ton per bulan.
Akan tetapi, sejak beberapa pekan terakhir keadaan cuaca diperairan laut kurang baik sehingga berpengaruh terhadap penangkapan para nelayan. Tinggi gelombang diperairan laut pesisir barat itu terkandang mencapai tiga meter.
“Kondisi itu banyak nelayan, terutama pengumpul lobster itu tidak bisa melaut dan berakibat berkurangnya penangkapan udang lobster yang sebagian besar di wilayah perairan karang Aceh Jaya, Aceh Besar dan Simeulue serta Aceh Barat,” katanya menambahkan.
Udang lobster di Aceh bukan dari hasil budidaya, tapi hidup bebas di wilayah perairan laut dengan kondisinya berbatu karang. “Kalau dipantai timur jarang ditemukan lobster karena struktur dasar lautnya pasir,” kata Muslim menambahkan.
Disebutkan, pasar ekspor udang lobster asal Aceh melalui Kota Medan dan Jakarta itu terbanyak ke Singgapura, Jepang dan Korea.
Selain itu, harga jual udang lobster saat ini juga menurun dipasaran di Kota Medan dan Jakarta, seperti jenis mutiara Rp600.000 per kilogram dari sebelumnya berkisar Rp750.000 sampai Rp800.000 per kilogram.
Sementara udang lobster jenis bambu Rp290.000 per kilogram dan batu Rp240.000 per kilogram.(ant)