Sunday, September 18, 2011

Alumni Bustanul Ulum Sekarang Kurang Berhasil

Banda Aceh - Jumlah alumni pesantren terpadu Bustanul Ulum Langsa yang berhasil sekarang menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perbandingan dari sepuluh siswa hanya dua atau tiga orang saja yang benar-benar menjadi kebanggaan Bustanul Ulum. Sementara tahun-tahun sebelumnya dari sepuluh siswa, yang gagal hanya satu atau dua orang saja. 

“Merosot disini bila dibandingkan tahun lalu, kalau dulu misalnya dari 10 alumni, yang sukses 9 orang, sedangkan sekarang dari 10 yang sukses hanya dua orang saja. Itu yang membuat perbedaan dengan tahun lalu,”kata seorang pengasuh Bahasa Inggris Bustanul Ulum, Dedi Gustian kepada The Globe Journal saat acara Pelantikan Pengurus Baru dan Temu Alumni Bustanul Ulum di Asrama Haji, Minggu (18/9).

Namun kalau disegi mutu pendidikan kata Dedi, masih bertahan. Para siswa tetap masih Go International. Apalagi sekarang dengan pimpinan yang baru katanya siswa Bustanul Ulum telah membuat studi banding ke negara tetangga Malaysia.

“Dan ini akan di buat berkelanjutan, dan guru-guru akan diikut sertakan untuk studi banding supaya ada perubahan dan peningkatan,”ungkap Dedi Gustian.

Mutu pendidikan dari dulu kalau disegi Iptek, siswanya masih berpacu baik ditingkat propinsi, nasional, hingga internasional. Kesuksesan yang terakhir diraih pada tahun 2011 ini menjuarai peringkat pertama penciptaan puisi se-Indonesia, kaligrafi, debat bahasa Inggris, dan bahasa Arab.

Sementara alumni Bustanul Ulum, Lukmanul Hakim secara terpisah menjelaskan, yang membuat merosotnya kuantitas kesuksesan siswa di banding dengan tahun lalu karena para wali murid tidak menerima lagi anaknya diberi hukuman kalau mereka membuat kesalahan.

“Ketika ada hukuman, wali murid membawa kasus tersebut ke polisi. Pendidikan di pesantren memang 24 jam. Tetapi kalau membuat anak-anak trauma juga tidak dibenarkan, asal tidak membawa akibat fatal itu saya rasa lumrah-lumrah saja. Tetapi kalau lapor ke polisi itu sebenarnya tidak dibenarkan,” kata Lukman.

Tambahnya, peraturan di pesantren sama halnya dengan orang tua mendidik anak, pertama mereka memberi arahan. Kemudian satu dua kali kalau tidak mapan mereka akan beri hukuman, jadi kata Lukman ada reward dan punishmentnya. Namun yang menjadi permasalahan sekarang disaat ada punishment para wali murid dan murid sendiri tidak menerima lagi dianggap menghukum atau menyiksa anak.

“Disitulah terjadi benturan-benturan  membuat pendidik disana tidak bisa mendidik dengan bagus. Namun dari segi kecerdasan anak Bustanul Ulum sampai saat ini masih tetap pada posisi teratas, namun di segi emosi anak yang menjadi tidak terkendali oleh guru,”tukasnya.


 
Design by Fadel Aziz Pase | Bloggerized by Fadel Partner - Do'a Sepasang Bidadari | Salam Kanan Salam Kemenangan