Sunday, August 28, 2011

Tulisan Pertama Upy Yang Menguras Air Mata

Annisa Phalupi
Annisa Phalupi, ini nama lengkap  upy sang penulis cerpen menggugah ini, gadis manis kelahiran Lhokseumawe 17 Juni 1993 ini yang mempunyai bakat dalam dunia sastra,  Alhasil karyanya bisa menguras air mata para pembaca. Gadis  pemilik blog : www.phalupi.blogspot.com ini yang baru duduk dibangku perkuliahan di Jurusan FKIP Seni Rupa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh.

Ini tulisan pertama anak dari pasangan Pak Eddy siswanto dan Asni, S.pd yang dulunya pernah tinggal di Komplek perumahan PT.Arun Batuphat Lhokseumawe dan sekarang menetap di Kota Langsa :

Tulisan Pertamaku : Tentang Getirnya Kehidupan Seorang " Vian "
Ini ceritaku tentang kehidupan seorang bocah kecil bernama Vian.
Beberapa puluh tahun yg lalu,
Di suatu tempat yg jauh disana, hiduplah sepasang suami-istri dengan 4 orang anaknya.
Mereka tinggal dan hidup sederhana di sebuah kota, (sebut saja Bandung).
Anak sulung nya bernama Vian.



*sebenarnya Vian anak kedua, tapi kakaknya meninggal ketika berumur 2 bulan.
Vian lahir dan dibesarkan di Bandung, hingga akhirnya sang ayah di pindah tugaskan keluar kota.
Ya, Vian dan yang lain juga harus ikutan pindah.
Waktu itu, Vian baru menginjak usia 10 tahun.
Vian sekeluarga kini tinggal di Jakarta.
Vian pun harus menyesuaikan diri dengan teman baru dan juga lingkungan barunya.

Beberapa tahun kemudian,
Vian mulai menginjak masa remaja, saat itu usia nya baru 15 tahun.
Dia sudah jadi anak SMA ketika itu.
Disinilah awal kepedihan Vian.

Jakarta itu kota besar, kota nya para bebungulan (kata sebagian orang).
Hidup di jakarta itu kejam,
Sekejam yang dilakukan teman-teman Vian kepadanya.
Dia dikelilingi teman-teman yang “nakal”.
Tapi Vian tidak punya pilihan lain, cuma mereka yang mau berteman dengan Vian.
Vian masih terlalu lugu, dengan mudahnya dia dipengaruhi teman palsunya.
Merokok, minum, musroom, bahkan “make”.
Vian, Vian..
Malangnya nasibmu.

Vian kini semakin dewasa, Vian sudah kuliah.
Tapi beban hidupnya juga semakin bertambah besar.
Sebenarnya Vian ingin kuliah di kedokteran, tapi Vian tidak bisa.
Papa tidak mengijinkan Vian jadi dokter, Vian cuma dikasih 2 pilihan.
Kuliah di jurusan kebahasaan (Inggris) atau komunikasi.
Sampai di bangku kuliah pun Vian masih di kelilingi teman nakalnya.
Vian punya teman palsu, yang kerjanya cuma bisa menguras isi dompet Vian.
Teman-teman palsu yang adanya kalau Vian lagi senang saja.
Vian yang lugu itu ternyata cuma dijadikan mainan sama teman-temannya.
Dia dimanfatiin, dibego-begoin, dikuras habis-habisan.
Dan yang lebih parahnya lagi , dia di duain sama orang yang disayang.
Vian yang clubing tiap malam, Vian yang jarang banget masuk kuliah.

Dulu,
Vian cuma punya mama, mama selalu ada untuk Vian .
Mama yang selalu dengerin curhatan Vian, mama yang selalu melindungi Vian tiap kali ia dimarahi papa.
Mama yang rela dipukul, dimarah, dijadiin sasaran tiap kali papa ngamuk.
Tapi mama pergi terlalu cepat.
Vian belum bisa bahagiain mama, Vian belum bisa melihat senyum puas mama karena keberhasilan Vian.
Sejak kepergian mama tercinta, Vian berubah drastis.
Vian semakin hancur dan tidak terarah.
Papa juga semakin kasar .
Mama sudah tidak ada. Dan sekarang papa menjadikan Vian sasaran utama tiap kali ia ngamuk.
Vian benci sama papa.

Papa jahat, papa yang menyia-nyiakan mama.
Papa tidak pernah memperlakukan Vian seperti anak-anak lain.
Vian kuliah dengan jerih payahnya sendiri, Vian hidup pakai biaya sendiri,
Vian cuma numpang tidur di istana papa.
Di istana tempat papa berbuat semaunya.
Papa semakin merajalela.
Pernah suatu kali papa ngamuk,
Papa memukuli Vian sampai ia berlumuran darah, Vian di hajar habis-habisan sama papa di depan kamarnya. Sampai pintu kamar Vian rusak.
Vian masuk Rumah Sakit, tapi papa tidak juga peduli.

Bahkan, papa juga tidak pernah tahu kalau selama ini Vian sakit parah.
Vian mondar-mandir sana-sini buat berobat sendiri.
Vian check-up, therapy, semua itu pakai uangnya sendiri.
Tapi papa tidak pernah tahu.

Papa juga tidak mau tahu semua tentang Vian.
Vian yang sudah terlanjur benci sama papa, sekarang sudah bisa lebih kuat.
Vian bisa menjalani hidup tanpa kasih sayang papa .
Vian bisa membuktikan kalau ia bukan anak yang bisanya hanya membebani orang tua saja.

Vian,
Tak lama lagi kuliahnya selesai.
Dan,  Vian akan mendapatkan gelar sarjana.
Harus nya Vian senang dengan semua ini, tetapi saat ini ia sedang membutuhkan biaya untuk menyelesaikan kuliahnya.

Belum lagi tunggakan uang kuliah yang sudah menumpuk terlalu banyak.
Meskipun Vian harus pinjam kanan-kiri, tapi ia tidak pernah malu.
Karena ia tahu, ia mendapatkannya dengan cara yang halal, yang di ridhoi sama Allah.
Yah, Vian masih coba untuk meminjam uang dengan sepupunya.
Semoga Vian dapat pinjaman uang kuliah.

Satu-satunya jalan lain supaya Vian tetap bisa meneruskan kuliahnya adalah dengan mengajukan beasiswa.
Vian pun menyusun proposal untuk mengajukan beasiswa.
Vian ingin melanjutkan kuliahnya hingga S2.

Dia berusaha seorang diri, berusaha mempertahankan hidupnya.
Perjalanan Vian belum berakhir sampai disini, ini hanya secuil tentang Vian.
Kisah Vian adalah kisah yang tidak pernah ada ujungnya.
Karena Vian, adalah awal dari semuanya.





 
Design by Fadel Aziz Pase | Bloggerized by Fadel Partner - Do'a Sepasang Bidadari | Salam Kanan Salam Kemenangan