Junita Amalia Wulandari, gadis kelahiran Langsa Juni 1990 silam memaknai ketulusan dalam bersahabat ibarat menulis, kali ini beliau yang juga mahasiswa Fakultas Pertanian Unsam Langsa mencoba memberikan perumpamaan persahabatan yang hakiki melalui sepucuk tulisannya, ini isinya :
Menulis di Atas Pasir
Kisah tentang dua orang sahabat karib, yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang tanpa dapat menahan diri menampar temannya.
Orang yang kena tampar merasa sakit hati. Tapi dengan tanpa. berkata-kata, dia menulis di atas pasir :
"Hari ini, sahabat terbaikku menampar pipiku."
Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba untuk mencoba menyejukkan galaunya.
Mereka terus berjalan sampai menemukan sebuah oasis, dimana orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, memutuskan berenang untuk menyejukkan galaunya. Namun, oasis itu ternyata cukup dalam sehingga ia nyaris tenggelam. Dan diselamatkanlah ia oleh sahabatnya.
Ketika ia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu.
"Hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku."
Si penolong yang pernah menampar sahabatnya tersebut bertanya, "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir? Dan sekarang kamu menulis di batu?"
Temannya sambil tersenyum menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila antara sahabat terjadi suatu kebajikan sekecil apapun, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tetap terkenang, tidak hilang tertiup waktu."
Dalam hidup ini, sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karenanya, cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masa lalu.
Marilah kita belajar menulis di atas pasir